Prediktor faktor kekambuhan tuberkulosis di kabupaten Bantul

BKM Journal of Community Medicine and Public Health(2018)

引用 0|浏览0
暂无评分
摘要
Latarbelakang: Program DOTS berhasil meningkatkan penemuan kasus TB paru BTA positif, namun tingkat kekambuhan TB paru masih ditemukan sebesar 3-5% hingga tahun 2014. Kekambuhan merupakan indikator penting keberhasilan jangka panjang pengobatan TB paru dan merupakan suspek MDR (multi drug resistence). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor yang berhubungan dengan kekambuhan TB. Metode: Desain penelitian adalah kohort retrospektif. Data yang digunakan adalah register TB kabupaten Bantul tahun 2003-2014 terdaftar ada 3418 pasien. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode non random dengan purposive sampling berdasarkan kritera inklusi tedapat 904 sampel. Variable yang diukur adalah usia, jenis kelamin, pengawas menelan obat, fasilitas pelayanan kesehatan, social ekonomi dan konversi dahak. Analisis data menggunakan cox proportion hazard model untuk menentukan kejadian serta kapan terjadinya suatu event. Hasil penelitian: Jenis kelamin laki-laki (HR=0,91 p-value= 0,17) usia >40 tahun (HR=1,03 p-value= 0,59), penghasilan rendah (HR=0,89 p-value= 0,11) bukan prediktor kekambuhan TB, sedangkan pengobatan di rumah sakit (HR=0,81 p-value= 0,00), tidak konversi dahak (HR=0,58 p-value= 0,00), kegagalan pengobatan (HR=0,49 95%CI 0,37-0,64), dan pengobatan kurang/lebih dari 6 bulan (HR=0,008 95%CI 0,00-0,07) merupakan prediktor kekambuhan TB. Terdapat 56 (6,18%) dari 904 pasien yang mengalami kekambuhan setelah sembuh atau gagal dalam pengobatan. Rata-rata pasien kambuh setelah 17 bulan selesai pengobatan pertamnaya. Kesimpulan: Fasiltas kesehatan, konversi dahak, status akhir pengobatan dan lama pengobatan merupakan faktor kekambuhan Tb paru, sehingga tepat untuk memprediksi kekambuhan TB di Kabupaten Bantul.
更多
查看译文
关键词
yogyakarta
AI 理解论文
溯源树
样例
生成溯源树,研究论文发展脉络
Chat Paper
正在生成论文摘要